
Punya bokap legenda dunia yang pernah menang Ballon d’Or bisa jadi beban. Tapi Timothy Weah nggak lari dari bayangan sang ayah. Dia justru embrace warisan itu—dan sekarang lagi bikin nama sendiri di sepak bola Eropa dan Amerika.
Lo mungkin kenal nama belakang “Weah” dari cerita George Weah, striker ikonik AC Milan dan sekarang Presiden Liberia. Tapi Tim bukan sekadar “anak George Weah.” Dia punya gaya sendiri, ambisi sendiri, dan jalur yang lagi serius banget dibangun.
Latar Belakang: Campuran Darah Liberia, Karier Made in USA
Tim Weah lahir 22 Februari 2000 di Brooklyn, New York, AS. Ibunya orang Jamaika, bokapnya George Weah—campuran genetik yang powerful banget buat sepak bola. Tapi yang menarik, Tim lahir dan besar di Amerika, bukan Liberia.
Dari kecil, Tim udah dekat dengan bola. Tapi karena tinggal di AS, dia tumbuh dalam budaya sepak bola yang beda dari bokapnya. Nggak ada jalanan penuh anak nendang bola sore-sore. Tapi dari akademi modern dan sistem yang lebih terstruktur.
Awal Karier: Dari Akademi di Florida ke PSG
Tim mulai karier di akademi bola di Florida, lalu sempat main buat New York Red Bulls junior. Tapi titik baliknya datang tahun 2014, saat dia gabung akademi Paris Saint-Germain (PSG)—klub top Eropa tempat nama-nama besar kayak Mbappé dan Neymar berkembang.
Gue ulang: anak George Weah gabung PSG. Legacy nyambung banget.
Di PSG U19, Tim tampil menonjol. Dia nyetak hat-trick di UEFA Youth League dan dikenal punya skill yang luwes, kaki cepat, dan gaya main yang atraktif.
Debut di PSG: Dikit Tapi Penting
Tahun 2018, Tim Weah debut bareng tim utama PSG. Di bawah pelatih Unai Emery, dia main di Ligue 1 dan bahkan nyetak gol.
Tapi karena saingan di PSG terlalu absurd (Mbappé, Cavani, Di María), Tim susah dapet jam main reguler. Maklum, PSG bukan tempat ramah buat pemain muda yang masih nyari jam terbang.
Akhirnya, dia pilih cabut demi dapet menit bermain yang lebih realistis.
Petualangan di Celtic: Awal dari Fase Serius
Tahun 2019, Tim dipinjamkan ke Celtic (Skotlandia). Di sini dia mulai nunjukin kalau dia bukan cuma “pemain akademi.”
Bareng Celtic:
- Menang Scottish Premiership
- Nyetak gol-gol penting
- Dapet jam main reguler dan adaptasi ke sepak bola senior
Celtic ngajarin dia cara survive di lingkungan yang fisik banget, cepat, dan penuh tekanan. Di situ juga dia belajar gimana cara beradaptasi jauh dari spotlight.
Transfer ke Lille: Titik Matangnya Timothy Weah
Setelah Celtic, Tim Weah akhirnya pindah permanen ke klub Prancis lain: Lille OSC. Di sinilah kariernya mulai serius dan stabil.
Lille bukan tim sembarangan. Musim 2020/21, mereka juara Ligue 1, ngalahin PSG yang super sultan itu. Walau Tim bukan starter utama, dia jadi bagian dari skuad dan dapet kontribusi penting dari bench.
Di musim-musim berikutnya, dia mulai sering main sebagai:
- Winger kanan
- Winger kiri
- Terkadang striker
Versatilitas jadi nilai jualnya. Dia bukan pemain egois, tapi tim player. Kalau diminta bantu pressing, dia gas. Disuruh turun bantu bertahan? Oke.
Gaya Main: Cepat, Gesit, dan Kolektif
Tim Weah bukan striker seperti bapaknya. Dia lebih cocok disebut winger serba bisa.
Ciri khasnya:
- Lari cepat di sisi lapangan
- Overlap dan crossing akurat
- Gerakan tanpa bola bagus
- Tekanan tinggi (pressing ketat)
Dia bukan tipe pemain yang nyetak 20 gol semusim, tapi dia kontributor sistem. Dia bikin bek musuh sibuk, buka ruang buat rekan, dan bikin build-up lebih cepat.
Karier Internasional: Pilar Masa Depan USMNT
Tim Weah milih main buat Timnas Amerika Serikat, bukan Liberia. Keputusan ini sempat bikin beberapa orang kecewa, tapi dia punya alasan: dia besar di AS, belajar bola di sistem AS, dan ngerasa lebih terhubung ke kultur bola Amerika.
Dan keputusannya valid banget.
Dia jadi starter reguler di USMNT, termasuk di:
- Piala Dunia 2022 (Qatar) – nyetak 1 gol penting di laga pembuka lawan Wales
- Kualifikasi zona CONCACAF
- Gold Cup & Nations League
Tim jadi bagian penting dari generasi emas AS bareng Christian Pulisic, Weston McKennie, dan Gio Reyna.
Fakta Seru: Anak Presiden Tapi Tetap Sederhana
Yes, bokapnya Presiden Liberia, tapi Tim nggak pernah kelihatan arogan. Bahkan, dia terkenal rendah hati dan fokus kerja.
Dia pernah bilang:
“Bokap saya punya legacy sendiri. Saya bangga jadi anaknya, tapi saya mau bangun jalan saya sendiri.”
Respect.
Dia juga aktif di musik dan fashion. Tapi yang keren? Semua itu nggak ganggu performanya di lapangan. Gaya hidupnya tetap disiplin, dan dia tetap kerja keras kayak pemain yang belum punya nama.
Tantangan ke Depan
Meski kariernya terus naik, Tim Weah tetap punya tantangan besar:
- Stabilitas posisi – dia harus nemuin role utama (winger atau full-back hybrid?)
- Konsistensi finishing – dia butuh lebih tajam di depan gawang
- Lonjakan ke klub top Eropa – apakah dia siap pindah ke klub bigger tier?
Tapi dengan usia masih 24 tahun, dia punya banyak waktu buat tumbuh dan, who knows, mungkin someday dia juga bakal masuk daftar pemain top dunia kayak bapaknya dulu.
Kenapa Gen Z Perlu Lirik Timothy Weah?
Tim Weah adalah contoh nyata bahwa lo bisa punya privilege tapi tetap kerja keras.
Dia:
- Nggak numpang nama besar
- Nggak takut ambil jalan beda dari bokapnya
- Nggak hidup di bayang-bayang warisan
- Nggak “sok superstar” meskipun bisa aja
Dia relatable buat banyak anak muda yang lagi cari jati diri: bukan tentang jadi “versi mini orang tua lo,” tapi tentang nemuin suara sendiri dan bikin legacy baru.
Kesimpulan: Timothy Weah, Anak Legenda yang Lagi Bangun Jalannya Sendiri
Timothy Weah bukan George Weah kedua. Dia adalah Tim Weah pertama—pemain muda Amerika yang lagi naik dan serius bangun kariernya dari nol.
Dia udah main di klub besar, tampil di Piala Dunia, dan bantu AS bersaing di level internasional. Dan yang paling penting? Dia terus belajar dan berkembang.
Kalau lo belum ngikutin dia, sekarang waktunya. Karena dalam 2–3 tahun ke depan, Tim Weah bisa aja jadi salah satu wajah sepak bola Amerika modern.